Viral Fotonya Bantu Anak Desa Sekolah Hingga Pertaruhkan Nyawa, Serka Darwis Tuai Pujian

Foto: Viral Fotonya Bantu Anak Desa Sekolah Hingga Pertaruhkan Nyawa, Serka Darwis Tuai Pujian



Serka Darwis mengaku jika dirinya sengaja membantu anak-anak tersebut berangkat ke sekolah terutama jika cuaca buruk dan berbahaya.

Kanal247.com - Pemerintah Indonesia belakangan tengah berusaha sekuat tenaga untuk melakukan pembangunan di sejumlah daerah yang terpinggirkan. Meski begitu tampaknya masih banyak wilayah lain di Tanah Air yang masih belum tersentuh.

Akses yang sedikit memaksa warga menempuh jalur-jalur yang sulit dan berbahaya hanya demi melakukan kegiatan sehari-harinya. Tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak.

Salah satunya seperti ditunjukkan dalam potret yang viral belakangan ini. Dalam foto yang beredar luas itu tampak seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah membantu anak-anak mnyeberangi sungai demi menuju sekolahnya.

Hanya dengan tali slag atau katrol, selembar papan dan bambu anggota TNI itu membantu anak-anak melewati derasnya arus sungai Ranteangin di Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) selebar 60 meter. Dari potret tersebut dapat dilihat, bagaimana ia memegangi dua anak perempuan di depannya sembari menggendong bocah laki-laki di belakangnya.

Belakangan diketahui jika anggota TNI itu adalah Sersan Kepala (Serka) Darwis, prajurit TNI Korem 143/HO Kendari. Prajurit pemberani itu mengaku telah melakukan aksi berbahayanya itu setiap hari sejak tahun 2012 lalu.

"Satu kali seberangkan anak-anak untuk sekolah bisa tiga orang, bahkan anak kecil saya gendong dengan pakai sarung. Supaya aman, tali dililitkan di badan anak-anak kalau mau nyeberang," ujar Darwis dilansir dari Tribunnews. "Kalau cuaca bagus bisa dibantu sama kakak-kakaknya, kalau cuaca buruk saya harus ada di situ karena berbahaya."

Darwis mengatakan jika aktivitas yang bisa dibilang menantang bahaya itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ada akses lain yang bisa digunakan oleh warga Desa Maroko, Kecamatan Wawo untuk menuju Desa Tinakari, Kecamatan Ranteangin, Kolaka Utara. Apalagi di desa tersebut juga belum ada sekolah atau pasar. Mereka harus mempertaruhkan nyawa menyeberangi sungai demi mencapai kota atau memenuhi kebutuhan. Pemerintah Daerah Kolaka Utara sendiri hingga kini belum juga membuatkan jembatan penghubung. Meski kondisi tersebut sebenarnya telah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun lalu.

Anggota TNI itu bercerita jika awalnya warga menggunakan rakit darurat dari batang pohon pisang. Hingga akhirnya mereka mengumpulkan dana dan bekerja sama membangun jembatan sederhana itu menggunakan tali, bambu dan papan. Ketinggian gantungan tali itu sekitar tujuh meter. Sedangkan kedalaman sungai di musim kemarau adalah dua meter, di musim penghujan mencapai enam meter.

Komentar Anda

Tags

Rekomendasi Artikel