Jokowi Ternyata Sempat Diprotes Raisa dan Laudya Cynthia Bella Nikah dengan WNA, Kenapa?

Foto: Jokowi Ternyata Sempat Diprotes Raisa dan Laudya Cynthia Bella Nikah dengan WNA, Kenapa?



Jokowi menyoroti perubahan pola komunikasi di masyarakat melalui media sosial. Kini hal-hal yang tidak berpengaruh pada pemerintahan tetap bisa diadukan langsung ke presiden.

Kanal247.com - Masyarakat di Tanah Air belakangan tengah ramai menyoroti pernikahan dua selebriti cantik, Raisa dan Laudya Cynthia Bella. Seperti diketahui, ada kesamaan antara kedua perempuan itu, yaitu mereka sama-sama menikah dengan pria yang berkewarganegaraan asing. Hamish Daud adalah warga negara Australia, sedangkan Engku Emran merupakan penduduk Malaysia.

Pernikahan Raisa dan Bella itu rupanya juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Dalam pidatonya di acara Dies Natalis ke-60 Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/9) sang presiden mengatakan jika dirinya rupanya sempat diprotes oleh warga di media sosial terkait hal tersebut. Mereka rupanya menyayangkan dua perempuan cantik itu justru "jatuh" ke tangan pria asing.

"Satu-dua hari yang lalu, saya dikomplain mengenai Raisa. 'Pak Presiden, ini satu lagi aset Indonesia lepas ke tangan asing'. Karena suaminya orang Australia," ujar Jokowi yang langsung disambut gelak tawa oleh hadirin yang ada. "Belum saya jawab, muncul satu lagi Laudya Cynthia Bella dinikahi orang Malaysia.

Melalui cerita tersebut, Jokowi rupanya ingin menyoroti mengenai bagaimana media sosial bisa mengubah cara berkomunikasi masyarakat zaman sekarang. Pasalnya, kini hal-hal yang bukan persoalan hajat hidup publik juga bisa diadukan langsung ke presiden.

"Hal-hal seperti ini bisa disampaikan langsung ke pemerintah," tutur Jokowi. "Bukan hanya urusan Freeport atau Newmont. Hal-hal personal saja bisa disampaikan ke kita."

Lebih lanjut, dalam pidatonya tersebut Jokowi juga menyorot perilaku pengguna media sosial. "Wah kalau di Indonesia kejam banget," kata Jokowi.

Menurutnya, pengguna media sosial menjadi lebih cepat mendapat informasi meski belum bisa dipastikan kebenarannnya. Namun hal tersebut bisa langsung memengaruhi penerimaan masyarakat hingga interaksi sosial. Tidak jarang informasi yang tidak benar justru langsung mengakibatkan kecaman hingga menuai kontroversi. "Akibatnya apa? Di media sosial, masyarakat lebih emosional. Ada apa sedikit, langsung ditanggapi," jelasnya.

Meski begitu, Jokowi mengatakan jika fenomena itu sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga negara-negara lainnya. Bahkan ada sejumlah pihak tidak bertanggung jawab yang menggunakan kekuatan media sosial untuk menyerang orang lain atau bahkan melakukan kampanye hitam.

Oleh karena itu, Jokowi mengatakan harus ada cara untuk membaha dan mengkaji apa yang ada di media sosial tersebut. Menurutnya salah satunya dengan membentuk fakultas di universitas-universitas. "Saya ingin perguruan tinggi, terutama Unpad, ikut mengantisipasi perubahan yang sangat cepat ini. Kenapa di universitas-universitas tidak ada fakultas sosial media," tutur Jokowi.

Komentar Anda

Tags

Rekomendasi Artikel