Putar Lagi Film 'Pengkhianatan G 30 S PKI', TNI AD Tuai Pro Kontra

Foto: Putar Lagi Film 'Pengkhianatan G 30 S PKI', TNI AD Tuai Pro Kontra



Panglima TNI beralasan jika pemutaran kembali film G30S/PKI ini merupakan upaya untuk meluruskan sejarah.

Kanal247.com - Bahasan mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan topik yang sangat sensitif di Indonesia. Bahkan segala hal yang berbau tentang PKI tidak jarang menuai kontroversi hingga protes serta kritik dari banyak kalangan.

Namun, baru-baru ini beredar kabar yang menyebutkan jika Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat mengadakan acara nonton bareng film G30S/PKI di lingkup internal institusinya. Bahkan mereka juga mengajak masyarakat untuk menonton kembali film berjudul "Pengkhianatan G 30 S PKI".

Hal tersebut tak pelak langsung menuai reaksi keras dari sejumlah kalangan, bahkan pro-kontrapun juga mencuat. Salah satunya seperti yang disuarakan oleh Pengajar ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada, Budi Irawanto. Menurutnya, pemutaran film tersebut seolah mengulang ritual Orde Baru setiap menjelang 1 Oktober.

"Film itu sarat dengan muatan propaganda yang mengedepankan versi militer terhadap peristiwa 1965," ujar Budi dilansir dari Tempo. Ia menuturkan jika tujuan TNI AD untuk memutar kembali film itu adalah untuk mengingatkan kembali masyarakat atas kekejaman PKI dan juga militer sebagai korbannya.

Reaksi keras salah satunya juga disuarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengatakan jika film tersebut tidak sesuai jika ditonton oleh anak-anak. Apalagi dalam karya tersebut ditampilkan adegan-adegan yang memuat kekerasan.

"Mulai ditembaknya Jenderal Ahmad Yani oleh pasukan Tjakrabirawa hingga darah yang menetes dari tubuh Ade Irma Nasution, termasuk adegan saat anggota Gerwani menyilet salah satu wajah korban," ujar Retno.

Menurut Retno beragam adegan kekerasan dan pembunuhan tersebut bisa menimbulkan trauma terutama untuk anak-anak. Tidak hanya itu, pemutaran film tersebut dinilai juga bisa membahayakan psikologi anak-anak. Pasalnya banyak diksi yang dinilai juga mengadung kekerasan.

"Salah satu pernyataannya 'darahmu halal jenderal', dan diksi lain yang kemungkinan besar tidak dipahami anak-anak," imbuhnya. Atas pertimbangan tersebut, KPAI mengimbau agar para orangtua mencegah anak-anaknya menonton film tersebut.

Sementara itu, menanggapi polemik yang terjadi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akhirnya angat bicara. Ia mengakui jika pemutaran film tersebut memang merupakan perintahnya dan juga sebagai upaya untuk meluruskan sejarah. Apalagi ia mengaku juga telah mendapat izin dari Mendagri.

"Iya itu memang perintah saya, mau apa? Yang bisa melarang saya hanya pemerintah. Biarin aja, saya nggak mau berpolemik. Ini juga upaya meluruskan sejarah. Saya hanya ingin menunjukkan fakta yang terjadi saat itu. Karena anak-anak saya, prajurit saya, masih banyak yang tidak tahu," ujar Gatot. "Sejarah itu jangan mendiskreditkan. Ini hanya mengingatkan pada anak bangsa, jangan sampai peristiwa itu terulang. Karena menyakitkan bagi semua pihak. Dan korbannya sangat banyak sekali."

Komentar Anda

Topik Berita

Rekomendasi Artikel