Asal-Usul 5 Nama Tempat 'Bisnis Lendir' di Indonesia yang Harus Kamu Tahu

Foto: Asal-Usul 5 Nama Tempat 'Bisnis Lendir' di Indonesia yang Harus Kamu Tahu



Tempat-tempat 'Bisnis Lendir' di Indonesia yang harus kamu tahu agar tidak kesasar sampai di sini.

Kanal247.com - Beberapa hari ini publik digegerkan oleh beberapa pemberitaan diantaranya yakni "bisnis lendir" yang menyeret beberapa nama artis. Menurut pemberitaan artis tersebut "dibooking" seharga Rp 80 juta, cukup miris juga mendengar berita ini karena uang Rp 80 juta hitungannya cukup banyak bagi kantong masyarakat Indonesia. Namun inilah perkembangan zaman dimana protitusi semakin maju dimana zaman dahulu bermodus "face to face" antara klien dengan pria hidung belang seiring zaman berubah menjadi lewat online.

Namun kelemahan dari sistem online ini malah mempunyai titik riskan yakni mudah dilacak oleh kepolisian. Semoga kasus ini menjadi terang sehingga kita dapat mengerti cerita yang sebenarnya. Namun memang sudah dasarnya bahwa protitusi sudah ada sejak zaman dahulu sampai saat ini. hal ini akan selalu ada sebab birahi adalah salah satu sifat yang melekat pada manusia. Sehingga tidak heran banyak manusia rela merogoh kocek cukup dalam demi pemuasan akan hal ini. Sehingga di sinilah “bisnis lendir “ itu berjalan dari waktu ke waktu.

Tapi tahukah pembaca bahwa di Indonesia bisnis ini sudah tumbuh subur? bahkan seakan dilegalkan hal ini dibuktikan dengan banyak tempat khusus di wilayah Indonesia yang menyedihkan jasa "bisnis lendir" ini, tidak percaya? Oke mari kita lihat bersama – sama.

1. Sunan Kuning yang Berada di Semarang

Sunan Kuning yang Berada di Semarang

Disebut Sunan Kuning karena lokalisasi ini berdekatan dengan makam Sunan Kuning. ternyata Sunan Kuning tidak ada kaitannya dengan dunia prostitusi. Sebab Sunan Kuning adalah salah satu pimpinan pemberontak dari etnis Tionghoa yang memberontak terhadap penjajahan Belanda saat itu. Lokalisasi ini berdiri sudah cukup lama yakni 1963. Banyak nama dari lokalisasi ini seperti Siangkang, 17 Kilo atau Kalibanteng Belok Kiri. Namun lebih populer disebut dengan Sunan Kuning.

Lokalisasi yang berada di daerah Semarang Barat ini mempunyai 160 wisma, 225 ruang karaoke dan sekitar 500 pekerja seks komersil. banyak drama negatif yang menyandera lokalisasi ini mulai dari kasus bunuh diri sampai pembunuhan. Yang terakhir saat seorang pekerja melayani tamu kemudian karena tidak mau dilayani untuk beberapa kali kemudian pekerja ini dibunuh dan disiram dengan bensin.

2. Pasar Kembang yang Ada di Yogyakarta

Pasar Kembang yang Ada di Yogyakarta

Bagi kamu yang berasal dari wilayah Yogyakarta pasti mengetahui apa itu Pasar Kembang. Ya ini adalah tempat prostitusi di Yogyakarta. Untuk kesini cukup mudah yakni dari Tugu Yogyakarta ke arah selatan nanti di pertigaan rel kereta api silahkan jalan ke arah kanan di sanalah kita akan temukan tempat ini. lebih tepatnya terletak di gang nomor tiga dari arah timur Pasar Kembang.

Berdirinya lokalisasi ini erat kaitannya dengan intrik penjajah Belanda. Jadi begini pada tahun 1818 penjajah Belanda mendirikan Stasiun Tugu dan tempat ini khusus dibuat penjajah Belanda untuk tempat istirahat para pekerja. Tujuan didirikan lokalisasi ini adalah satu agar gaji para pekerja habis ditempat ini. uang pajak dari tempat ini kemudian digunakan penjajah Belanda untuk kepentingannya sendiri.

3. Gunung Kemukus yang Ada di Sragen

Gunung Kemukus yang Ada di Sragen

Sebenarnya Gunung Kemukus adalah tempat mistis hal ini karena Gunung Kemukus banyak digunakan oleh orang-orang tertentu untuk melakukan ritual "pesugihan" dimana ritual ini salah satunya melakukan hubungan seksual. Dimana para pencari pesugihan ini haruslah melakukan hubungan seksual dengan sesama pencari sugihan namun harus berbeda kelamin. Di sinilah asal muasal dari bisnis prostitusi yang selalu dilarang Pemerintah Sragen ini. Dimana banyak pekerja seksual yang bergaya lugu kemudian mengaku juga sebagai pencari pasangan ritual.

Namun meskipun sesama mencari pasangan ritual harus tetaplah membayar dan cenderung cukup tinggi. Dimana ditambah aturan oleh juru kunci yakni dilarang berganti pasangan selama tujuh kali dan ritual seks disini biasanya dilakukan pada Jumat Pon.

4. Kawasan Kalijodo, Hayo Kamu Pasti Tahu Dimana

Kawasan Kalijodo, Hayo Kamu Pasti Tahu Dimana

Kawasan Prostitusi ini secara resmi sudah digusur dan direvitalisasi menjadi taman oleh Gubernur Ahok pada tahun 2017. Nama Kalijodo berasal dari istilah Kali dan Jodo karena dulu disini adalah tempat perayaan pesta air dalam budaya Tionghoa. Dimana muda-mudi menaiki perahu untuk melintasi Kali Angke.

Apabila salah satu penumpang perahu suka kepada penumpang perahu lainnya maka dia akan melempar kue arah perahu tersebut. Apabila penumpang perahu itu menerima maka dia akan balik melempar kue itu. Dari situlah muncul istilah Kalijodo. Saat ini Kalijodo sudah menjadi taman yang asri dimana pasca direvitalisasi kemudian para penghuni Kalijodo ini dipindah ke rusunawa Marunda dan Pulogebang atau dipulangkan ke daerah asal masing- masing.

5. Kramat Tunggak yang Tinggal Kenangan

Kramat Tunggak yang Tinggal Kenangan

Bagi kamu belum terlalu familiar mendengar nama tempat ini. ya karena lokalisasi ini sudah ditutup pada tahun 1999 dan dibangun di atasnya gedung Jakarta Islamic Centre. Dimana lokalisasi ini pada zamanya adalah lokalisasi terbesar se- Asia Tenggara. Disebut terbesar se-Asia Tenggara karena lokalisasi ini berdiri di atas lahan seluas 12 hektare dimana menghidupi banyak nyawa mulai dari pekerja seks, mucikari, tukang ojek dan lain-lainnya. Pada awalnya lokalisasi yang berada di Jakarta ini adalah tempat rehabilitasi sosial namun oleh para mucikari disitu digunakan sebagai ajang bisnis prostitusi.

Hal ini semakin mendapat angin saatsecara resmi diakui oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1970. Hal ini tidak lepas dari cara Gubernur Ali Sadikin untuk mencari dana tambahan guna membangun Kota Jakarta yang saat itu terbelakang menjadi maju seperti saat ini. nama Kramat Tunggak berasal dari nama tempat itu sendiri yakni Kramat sedangkan Tunggak adalah pohon yang dipotong untuk tambatan tali perahu nelayan. Pada akhirnya lokalisasi ini dibubarkan oleh Gubernur Sutiyoso pada tahun 1999.

Komentar Anda

Tags

Rekomendasi Artikel